Sederhananya cinta - Cinta merupakan anugerah dari yang Maha Pemberi Cinta. Dengan cinta hidup
ini terasa damai dan tenteram. Dan karena cinta timbulnya keteraturan di muka
bumi ini. Sebagaimana tata surya yang beredar secara teratur, di sana ada cinta
Allah Sang Maha Pemberi Cinta. Sehingga makhluk di permukaan bumi ini pun dapat
mengambil manfaat dari keteraturan tata surya itu.
Sungguh tak
terbayangkan bila pada tata surya itu tak ada cinta Allah di dalamnya. Tentu
antara benda antariksa terjadi benturan satu sama lain dan itu artinya
malapetaka bagi penduduk bumi.
Dan bahkan
cinta Allah itu pun dirasakan oleh hewan serta tumbuhan sekalipun. Tak ada
serigala yang memakan anaknya. Tumbuh-tumbuhan kembang merekah, adanya
kesinambungan antara tumbuhan satu dengan tumbuhan lainnya, dengan jenis dan
warna yang beraneka ragam.
Cinta dalam
konteks manusia acap kali hanya ditafsirkan antara pria dan wanita saja.
Sedangkan cinta maknanya sungguhlah sangat universal. Pemaknaan cinta tentu lebih
luas dari itu. Cinta antara orang tua terhadap anak yang menghasilkan kasih
sayang. Cinta antara guru dengan murid yang menghasilkan pembimbingan. Cinta
antara yang tua kepada yang muda yang menghasilkan penjagaan. Semua merupakan
bentuk dimensi cinta yang begitu luas. Dan tentunya bagaimana kita menafsirkan
cinta akan memiliki warna yang berbeda dalam kita memaknai cinta itu.
Namun, sangat
disayangkan pada masyarakat modern saat ini cinta sudah dianggap menjadi
berhala yang disembah-sembah. Cinta itu memang penting bagi hidup manusia,
namun cinta bukan berarti segala-galanya. Bagaimana sepasang muda mudi yang
putus cinta dan berakhir dengan bunuh diri. Atau cinta yang menuntut harta,
tidak ada materi maka tidak cinta. Serta pemujaan cinta lainnya yang sangat
berlebihan yang sangat jauh dari nilai cinta itu sendiri. Sebuah cinta buta
yang sangat jauh dari tuntunan sang Maha Pemberi cinta, Allah SWT.
Bahwa cinta
yang sesungguhnya ialah saat sang pencinta mampu untuk mengekspresikan
perasaannya tanpa melupakan cintanya kepada penciptanya. Karena sesungguhnya
sang Maha Pemberi Cinta harus lah senantiasa dilibatkan dalam setiap episode
kehidupan kita di dalam memaknai cinta.
Dalam
Sederhananya Cinta ini arul gunawan mengupas berbagai dimensi cinta. Bagaimana
cinta terhadap lawan jenis. Di mana cinta terhadap lawan jenis tidaklah untuk
dilenyapkan, melainkan cinta itu perlu untuk dikelola asal tidak berlebihan.
Cinta seseorang pun haruslah dalam bingkai mardhatillah, tidak dalam rangka
memperturutkan hawa nafsu. Karena bila hawa nafsu menjadi panglimanya tentu
cinta tidak lagi menjadi kemaslahatan, namun pada kondisi ini cinta sudah
berpaling menjadi cinta yang menistakan.
Dimensi cinta
lain yang cukup menarik dibahas dalam buku ini ialah cinta Allah telah
menciptakan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk, lengkap dengan
kesempurnaannya. Itu berarti bahwa kesempurnaan kita sebagai manusia telah
melekat pada diri kita. Dan begitu pula pada cinta, bahwa jangan pernah
menuntut kesempurnaan cinta, karena dengan kesempurnaan yang telah ada pada
diri kita telah menjadikan diri kita sempurna.
Cinta dengan
segala dimensinya memberikan sebuah ruh pembangun jiwa bagi para pencinta. Di
sana menghasilkan kekuatan maha dahsyat. Ada sebuah kekuatan cinta yang
dihasilkan, di mana kekuatan itu tidak dapat dihasilkan kecuali dari kekuatan
cinta itu sendiri.
Cinta para
pencinta kepada yang dicintainya menghasilkan karya. Cinta tanpa karya hanyalah
sebuah cinta yang palsu. Bahwa cinta membutuhkan bukti nyata yaitu karya.
Karena cintalah keinginan untuk menghasilkan karya yang terbaik itu selalu
bergelora. Pagi para pecinta, karya cipta yang dihasilkannya yaitu membesarkan
setiap jiwa yang ditemuinya. Sehingga karya cinta itu dapat pula dirasakan
orang lain. Atau dalam istilah Anis Matta dalam Serial Cintanya bahwa para
pecinta harus mampu memberikan semangat penumbuhan kepada orang yang dicintai.
Ataupun
bagaimana cinta Allah secara tunai kepada hambanya, bagaimana Allah mencurahkan
rahman-Nya kepada seluruh hamba-Nya tanpa memandang bagaimana tingkat amalnya.
Tanpa sedikit pun mengharap manfaat atas cinta itu yang telah dicurahkan kepada
hamba-Nya. Allah mencurahkan cinta tak mengharap pamrih. Dan di situ lah
letak kesederhanaan cinta.
Dan pada buku
ini lebih lanjut membawa kita untuk menangkap hikmah bagaimana “seni” Allah
serta para pencinta dalam mencinta untuk cinta yang sederhana dan tidak rumit.
Terakhir, buku
ini ditutup bagaimana doa para pecinta. Bagaimana doa ibu terhadap anaknya,
agar sang anak senantiasa dilimpahkan kesejahteraan dan keselamatan. Lalu
bagaimana doa Adam AS terhadap istrinya Hawa yang Allah pertemukan jua di muka
bumi setelah Allah usir dari surga. Semuanya itu dilakukan karena cinta yang
berlandaskan pada Rabb nya yang menyandarkan cinta itu pada nilai ilahiyah.
Cinta bersumber kepada Maha Pemberi Cinta dan kepada-Nya jualah cinta itu harus
disandarkan.
0 comments
Posting Komentar